ANJRIT! – sebuah catatan dari Masterklas oleh Andy Scott

ANJRIT! Hari ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidup gw! Fenomenal! Monumental! Maksimal! Semua yang terjadu hari ini bikin gw makin yakin bahwa apa yang selama ini gw jalani akan membuahkan hasil yang bisa gw banggakan di hari esok. Hari ini gw tidak hanya mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru dan amat luas, tapi gw juga mendapatkan seorang teman baik!

Andy Scott bukanlah hanya seorang pemain saksofon jazz yang handal, tapi juga adalah seorang musisi yang komplit: penata musik, komponis, juga guru yang amat sangat oke. Beberapa minggu yang lalu gw dikenalin oleh Henning Schroeder (dulu dia itu mantan guru klarinet gw di awal masa-masa pembelajaran gw) kepada Andy Scott, si orang Inggris. Andy kasitau ke gw rencananya ke Jakarta dalam rangkaian tur konser bersama sebuah brass band dari Desford, Inggris, di beberapa sekolah BIS (British Int’l School) di Singapura, Jakarta dan Manila. Andy bilang ke gw bahwa dia sangat pengen bagiin pengalaman dan pengetahuannya ke anak-anak musik di UPH. Dia tunjukin ke gw situs webnya www.andyscott.org.uk, di mana gw bisa liat apa aja yang selama ini dia kerjain. Dan entah kenapa bisa pas banget dengan yang selama ini gw lakukan, dia juga adalah seorang pengajar musik yang punya spesialisasi menulis musik untuk macem-macem ensembel. Karena ngerasa jodoh, gw langsung ajuin proposal ke pihak kampus untuk mendatangkan orang ini untuk ngasi masterklas dalam bidang komposisi, orkestrasi dan big band sekaligus dalam satu hari. Dan singkat kata, hari yang gw dan murid-murid gw nantikan pun tibalah.

Diawali dengan kelas Komposisi yang sedikit telat karena doi bangun kesiangan (hahaha, jetlag parah rupanya), disusul dengan kelas Orkestrasi, lalu kelas ensembel Big Band. Di setiap sesi itu dia selalu menekankan inti dari segala sesuatu yang dia bilang, yaitu bahwa musik seharusnya memberikan kebahagiaan bagi para musisinya. Ini adalah hal yang seringkali terlupakan oleh para pelaku musik, kita mengejar banyak hal yang justru malah sebaliknya membuat kita susah, pusing, dan berbeban berat karena mengejar hal-hal yang bukan yang utama lagi. Menarik banget, inilah yang biasanya terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya, hal-hal yang utama dalam hidup seperti mencari kebahagiaan uda terlupakan oleh hal-hal yang cuma terlihat dari luarnya aja.

Di kelas Komposisi, Andy nunjukin beberapa contoh dari karya-karya yang dibuatnya dalam beberapa tahun belakangan ini, sambil dengerin musik dari laptopnya sambil kami ikutin partiturnya yang dibagiin ke kita-kita. Dan gw amat-amati, gaya komposisinya sangat eklektik, banyak gaya yang tercermin dari musiknya tanpa harus membuatnya menjadi murahan, sama sekali ngga murahan! Dia sendiri cerita bahwa dia gak pernah belajar komposisi secara akademis. Itu yang gw kagum, dia belajar sendiri secara otodidak dengan cara NGULIK musik-musik yang sering dia mainin. Dan itu nunjukin seberapa lebar jenis musik yang dia mainin, gak cuma Jazz atau Klasik doang, tapi juga masih banyak lagi! Dia lalu sempet bilang ke kita kurang lebih begini, “belakangan ini banyak sekali temen gw yang belajar komposisi berusaha untuk terdengar modern dan akibatnya malah mereka jadi ngga menikmati lagi musik yang dibuatnya sendiri. Mereka jadi kesulitan ketika uda lulus dari kuliah musik dan masuk ke dunia kerja sebenarnya. Menurut gw tujuan dari belajar musik seharusnya adalah untuk membuat kita menikmati musik, apapun yang kita lakukan dalam bidang musik itu.” Dan ini yang membuat gw makin mengenali banyak persamaan dengan dia dari cara pikir.

Lalu kelas berlanjut ke Orkestrasi, di mana dua dari murid-murid kelas Orkestrasi gw dorong untuk nunjukin hasil karya mereka ke Andy untuk dikomentarin. Dan Andy pun berkomentar positif tentang mereka. Dia hanya menambahkan sedikit poin dalam membuat orkestrasi, yaitu mengenai “voicing”. Dia menganjurkan kepada semua yang ada di Ruang 426 UPH siang itu untuk menyempatkan diri duduk di depan piano, lalu mencoba membunyikan aneka jenis kord yang bias dihasilkan dengan tetap mempertahankan nada paling atasnya. Dia memberi contoh progresi-progresi harmoni yang bisa terjadi dengan cara itu. Dengan mengenali segala jenis warna suara yang dihasilkan, kita jadi bisa menentukan mau pake jenis kord yang mana untuk bagian-bagian tertentu dari karya kita.

Di sesi itu muncul satu pertanyaan yang amat menarik dari salah satu murid. “Apakah ada aturan tertentu dalam membunyikan kord-kord tertentu? Apakah ada larangan untuk membunyikan interval tertentu supaya bunyinya nggak ngaco di kuping?” Andy tersenyum mendengar pertanyaan itu dan segera merespon, “Dalam musik sesungguhnya tidak ada aturan. Mungkin banyak orang di sekitarmu memberi saran untuk melakukan ini, membunyikan itu, jangan gunakan ini, buatlah seperti itu. Namun pada akhirnya kita masing-masing lah yang harus bertanggung jawab akan diri kita sendiri. Pada akhirnya telinga dan selera kita lah yang menjadi penentu dari apa yang mau kita gunakan dalam musik kita. Dan untuk itu sekali lagi tidak ada aturan pasti. Mungkin ada orang-orang yang akan senang dengan kord yang gw pakai di musik gw, dan pasti juga ada orang-orang yang ngga suka. Tapi selama gw sendiri suka, kenapa ngga gw lakukan aja?” Hehe, ini jawaban terbijak yang selalu ingin gw katakan ke sebanyak mungkin orang yang merasa ragu-ragu apakah mereka melakukan hal yang baik atau tidak dalam musik mereka.

Gw rasa prinsip ini berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Akan ada orang-orang yang akan mendukung kita melakukan ini atau itu, dan akan ada pula orang-orang yang ngga setuju dan mungkin mengatakan hal yang negatif tentang itu. Namun kalau kita selalu berusaha untuk mengikuti apa yang diinginkan orang lain, hal itu ngga akan pernah ada abisnya. Dan sebelum kita sadari, kita akan kehabisan tenaga dan waktu yang seharusnya bisa kita gunakan untuk melakukan apa yang memang menjadi keahlian kita, apa yang menjadi minat dan bakat kita. Jadilah dirimu sendiri, selama itu tidak merugikan orang lain!

Kemudian tibalah kami di sesi terakhir yang sangat asik, yaitu BIG BAND! Beberapa hari sebelumnya anak-anak 426 Big Band uda berinisiatif untuk latihan dulu menyambut hari bersejarah mereka itu. Andy telah mengirimkan beberapa partitur musik karyanya untuk kami latih. Alhasil kami berhasil mempersiapkan Lip Service dan Mystery Tales karya Andy, dan juga lagu pamungkas kami Etude Nr. 3 (Straight Funk) karya gw. Dan di awal sesi, Andy meminta kami untuk memainkan semua lagu itu. Yuhuu, semua anak bersemangat mainin lagu demi lagu, termasuk buat mereka-mereka yang kebagian main bagian-bagian solonya. Ada satu hal yang bikin kami makin kagum akan Andy: Dia bisa bikin kami main lebih bagus dari biasanya! Itu adalah suatu talenta yang ngga sembarangan dimiliki orang! Kemudian di setiap bagian solo, dia mendorong masing-masing pemain untuk ambil bagian solonya. Ya, SETIAP ORANG didorong untuk berani main solo! Beberapa dari mereka yang gak biasa ambil solo merasa ragu-ragu dan malu-malu dalam mengemban tugas itu, hahaha. Namun ternyata apa hasilnya? Hari itu juga gw mendengar apa yang gw belum pernah dengar sebelumnya, semua mainin melodi solo terindah yang pernah gw denger dari mereka! Ini orang bener-bener bukan main, dia bisa keluarin yang terbaik dari setiap orang di sini! Dari saksofon, trompet, trombon, tuba, kibor, gitar, bas, drum, hingga perkusi pun juga main dengan luar biasa sore itu!

Hingga akhirnya kami main bareng lagu Etude Nr. 3 itu dengan Andy ikut bergabung dan ikut mainin solo. Ada lagi ilmu yang kita dapet dari dia. Dia dengan jelas menekankan bahwa dalam sebuah grup, setiap anggota berkontribusi dalam menghasilkan suasana yang diinginkan. Dia kasi contoh yang segera bisa kami ikuti dengan baik: di waktu seseorang memainkan solo, anggota yang lain bisa mainin apa yang mungkin ngga tertulis di partiturnya, mainin apa yang disebutnya sebagai “backing figure” yang bisa bikin suasana makin naik dan makin rame. Gw yakin setelah ini big band kami uda naik kelas dan masuk ke babak selanjutnya dalam permainan musik kami.

Akhirnya masterklas itu berakhirlah dan semua orang diajak foto bareng dan pastinya semua akan makin bersemangat lagi dalam bermusik.

Selepas kami bersenang-senang, ternyata masih ada lanjutan di luar gedung kampus. Sambil menikmati aneka minuman, kami masih sempat ngobrol ngalor-ngidul tentang banyak hal. Andy yang berasal dari Manchester cerita banyak soal (tentunya) sepakbola, soal kedua anaknya yang juga main musik, soal istrinya yang pemain harpa, soal kehidupan musik yang dijalaninya, juga yang paling penting adalah soal bagaimana menariknya hidup sebagai pembuat musik yang punya kesempatan untuk bertemu sebanyak mungkin musisi, sebanyak mungkin kepribadian yang berbeda-beda. Rupanya pengalaman itulah yang membuatnya menjadi orang yang se-asik ini! Dia pun ngga ragu bilang ke gw – yang baru dikenalnya ini – untuk kabarin dia kalo-kalo suatu saat gw berkesempatan untuk berkunjung ke Inggris, terutama Manchester, karena dia akan bantuin gw cari tempat-tempat manggung bareng band gw, juga tempat tinggal.

Haha, orang yang mengagumkan ternyata ada di sekitar kita. Kita gak akan pernah tau apa yang bisa terjadi dari persahabatan kita dengan orang-orang lain, kita gak akan pernah tau apa yang bisa kita lakukan untuk mereka, juga apa yang mereka bisa lakukan untuk kita. Siapa yang sangka persahabatan gw dengan Henning Schroeder, si Jerman gokil yang juga adalah guru yang amat bersahabat itu, ternyata membawa pengaruh yang amat baik, bukan hanya untuk gw, tapi juga untuk semua orang yang ada di sekitar gw? Karenanya, jangan pernah batasi diri lo dalam bergaul, jangan pernah batasi diri lo dengan apapun, karena pada akhirnya kita akan sadari seberapa kita bisa bermanfaat buat orang-orang di sekitar kita, dengan cara unik yang kita miliki masing-masing.

*Terima kasih buat Lestika dan Christian untuk foto2 yang boleh gw colong2in hahaha..

**Buat temen-temen yang penasaran sama tokoh yang satu ini, langsung klik aja kehttp://www.andyscott.org.uk/ di mana lo bisa dengerin karya-karya dia, termasuk yang dimainin oleh musisi-musisi top dunia seperti Bob Mintzer di antaranya

Iklan

Tentang andreasarianto
I'm a musician with a point of view, that artists should play their part to help improve the society he or she is involved in. This is just one of the ways to realize my vision in life. --- Andreas Arianto Yanuar belajar Komposisi Musik di Universitas Pelita Harapan Conservatory of Music, lulus pada 2007 dan kemudian mengajar Ensembel Big Band, Orkestrasi dan Sejarah Musik di konservatori tersebut setelahnya. Pada 2009 ia menjadi penata musik dan konduktor Andreas Arianto Orchestra dalam tur konser bersama SLANK ke 6 kota. Ia juga bermain kibor, akordeon dan klarinet dalam grupnya, Andre Harihandoyo and Sonic People, yang telah menghasilkan 2 album sejak 2009. Pada 2011 ia menulis aransemen orkestra untuk lagu-lagu rakyat untuk album “The Sounds of Indonesia”, dengan Addie MS sebagai konduktor The City of Prague Philharmonic Orchestra dalam rekamannya. Sempat pula melatih orkestra komunitas GKI Gading Indah selama 2007-2011, termasuk menghasilkan 3 konser dan 1 album rekaman. Di jangka waktu yang sama, Andreas aktif pula dalam program pengenalan musik untuk siswa-siswa di Manado, Aceh dan Bali bersama Al Izhar Community Choir and Orchestra dalam rangka turut mempromosikan keselarasan dalam pluralitas Indonesia. Semenjak itu pula ia bercita-cita untuk terus melibatkan masyarakat dalam kehidupan musik dan melibatkan musik dalam kehidupan bermasyarakat melalui kegiatannya sehari-hari. Sejak 2011 ia banyak terlibat dalam penulisan musik untuk berbagai album rekaman, film animasi, konser musik, juga termasuk di antaranya terlibat sebagai arranger dan konduktor musik ilustrasi The Raid 2 yang dirilis Maret 2014 yang lalu.

9 Responses to ANJRIT! – sebuah catatan dari Masterklas oleh Andy Scott

  1. nxeve says:

    mantabz pak…great experienced.keep rising cuy!

  2. Momon says:

    Tq buat critanya.. Sangat mengilhami dan membuat iri..

    Kapan ya gw bs ikutan yg kaya gini.. hahahahaha..

  3. J. Roland says:

    baca bginian bikin pengen pindah kuliah titik

  4. Ping-balik: 2010 in review « Andreas Arianto's Blog

  5. Rista says:

    Salam kenal pak, bisa minta info tentang akordeon? Anak saya pengen banget belajar akordeon, saya ada alatnya dan belajar sendiri. Susah sekali ditemukan les musik atau guru akordeon. Saya mengharapkan ada guru yang kompeten untuk anak saya. Terima-kasih.

    • Halo, salam kenal juga. Pemain akordeon memang sedikit sekali ya, apalagi yang mengajarkan alat musik tsb. Sebenarnya sebelum belajar akordeon, pengetahuan akan teori musik dasar akan sangat bermanfaat, jadi mgkn kalau sulit sekali mencari guru akordeon, bisa mulai belajar teori musik atau piano dulu saja (karena guru piano jauh sangat lebih mudah ditemukan). Nanti bila setelah ada pengetahuan akan tangga nada, akan lebih mudah untuk belajar akordeon sendiri. Selain itu, ilmu teori musik pun juga banyak sekali tersedia di internet secara gratis.
      Saya sendiri belajar akordeon kurang lebih dengan cara seperti itu, sisanya tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan saja, kalau saya ingin belajar gaya musik Perancis, saya mendengarkan musik2 akordeon Perancis, kalau ingin belajar gaya Melayu, saya banyak mendengarkan musik Melayu, dsb. Jadi dengan demikian sang anak pun juga akan lebih mudah belajarnya karena lbh disesuaikan dgn minat musikalnya sendiri.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: