Mempertanyakan Industri Musik dan Musik Industri
7 Oktober 2010 5 Komentar
Banyak yang berpendapat bahwa untuk bisa bertahan di industri musik, maka para pelaku musik di dalamnya pun harus memproduksi musik yang sifatnya “industri”, dan mereka sering menyebutnya sebagai “Musik Industri”. Sering gw ketemu situasi di mana gw sedang ngobrol dengan beberapa musisi yang menjelaskan musik yang dimainkannya dengan sebutan itu, dengan latar belakang pemikiran bahwa mereka memang ingin sukses di industri musik. Namun apa sih yang ingin masing-masing dari kita capai dengan predikat SUKSES itu?
Terlepas dari begitu beragamnya persepsi dan pendapat orang mengenai kesuksesan di bidang musik (apalagi mengenai definisi “sukses” itu sendiri sudah terlampau beragam di kepala setiap orang), maka mari kita bahas mengenai industri musik dan keterkaitannya dengan yang disebut-sebut sebagai musik industri ini.
Industri, seperti layaknya di bidang apapun, pada intinya adalah memanfaatkan hubungan antara produsen atau penyedia produk dan konsumen atau pengguna produk. Produk di sini dapat pula berupa jasa. Nah, pada perkembangannya muncul pihak yang menjadi jembatan antara penyedia dan pengguna produk ini, disebut sebagai distributor. Sebuah industri yang sehat adalah industri yang tiap-tiap bagian di dalamnya berjalan sesuai dengan fungsinya dengan baik: produsen menghasilkan produk yang baik dan bermanfaat bagi konsumen, konsumen membeli atau menggunakan produk-produk tersebut, distributor pun sebagai mediator keduanya harus bisa menghantarkan produk kepada konsumen dalam kondisi yang baik pula. Semuanya itu berlangsung dalam sebuah pasar, di mana harga yang berlaku adalah yang merupakan kesepakatan ketiga pihak. Aliran perputaran uang yang terjadi di dalamnya inilah yang membuat industri tersebut bisa terus berjalan.
Tiap elemen dalam industri musik adalah roda gigi yang bisa mendorong/menghalangi elemen lainnya untuk juga bergerak. Gambar dari http://www.instructables.com/id/Gear-Clock/
Industri dalam bidang musik melibatkan banyak pihak yang bisa berperan sebagai produsen, distributor dan konsumen. Dewasa ini industri musik kita telah memaksimalkan potensi para musisi terbaik negeri ini untuk mewarnai dunia musik dengan berbagai ragam jenis musiknya. Mungkin memang ada jenis musik tertentu yang ternyata memiliki pendengar yang jumlahnya lebih banyak daripada jenis-jenis musik lainnya, juga ada grup-grup musik yang lebih banyak dikenal daripada grup lainnya. Itu tidak masalah sama sekali karena para produser musik telah memiliki target konsumen pendengar dari musik yang diproduksinya supaya bisa menghidupi bidang usaha musiknya tersebut. Namun yang seringkali terjadi adalah para produser ini makin lama makin berusaha terlalu keras untuk sekadar mencari pasar yang sudah terbentuk saja dengan jenis musik tertentu yang mungkin dirasanya paling mudah dijual. Dengan demikian mereka terus memproduksi musik yang itu-itu saja, yang pasti-pasti saja tanpa terlalu berusaha untuk mencari racikan musik yang lebih inovatif. Di sisi lain, sesungguhnya jenis-jenis musik yang telah berkembang dan beredar di pasar saat ini adalah hasil dari racikan para musisinya dalam usaha-usaha mereka untuk keluar dari kebosanan akan musik yang sudah ada. Racikan musik yang mereka lakukan adalah juga sebagai reaksi mereka atas kejadian-kejadian sosial yang terjadi di dalam masyarakatnya. Tanpa adanya ekspresi para budak Afrika di Amerika, tak akan ada musik Blues. Tanpa adanya musik Blues tak akan lahir musik Jazz, R&B dan Hip-Hop. Tanpa adanya reaksi para musisi atas perang Vietnam, tak akan ada musik Rock, Metal dan varian-variannya. Tanpa adanya gejolak sosial-ekonomi di Inggris pada tahun 1970an, tak akan ada musik Punk dan subkultur-subkulturnya, yang kemudian berkembang menjadi Melodic Punk, Ska dan berbagai variasinya, Powerpop, Emo dan varian-variannya, juga termasuk Discopunk dengan beragam DJ-nya. Masih banyak contoh lainnya yang berkembang dari tradisi yang berbeda-beda di setiap budaya. Pada intinya, berbagai jenis musik ini memiliki lingkup pendengarnya masing-masing dan bisa hidup karena industrinya berjalan dengan baik, setidaknya di lingkupnya tersebut.
Masih banyak contoh lain di mana sebenarnya industri musik justru bisa banyak berkembang atas jasa para musisi yang terus meracik ramuan musik yang semakin inovatif ini. Dengan demikian, seharusnya peran para produser rekaman lebih dari sekadar memastikan bahwa produk musik mereka akan bisa diterima oleh masyarakat pendengar, tapi juga membuat masyarakat yakin bahwa mereka memang membutuhkan musik ini. Musik yang dibutuhkan masyarakat adalah musik yang membuat mereka merasa terwakili di berbagai aspek iptek, sosial dan budayanya yang juga terus berubah sesuai perkembangan jaman. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan bisa semakin memahami bahwa industri musik sesungguhnya sangat membutuhkan peran para musisi yang berani melakukan eksplorasi. Produser yang handal adalah produser yang jeli bisa melihat sekaligus potensi kultural dan ekonomi dari musisi-musisi yang ditanganinya dan mengembangkan potensi tersebut.
Karenanya menurut gw salah kaprah yang banyak dianut oleh para musisi dan produser musik ini kini sudah saatnya mendapat sudut pandang baru agar industri musik dapat berjalan sesuai dengan sinergi yang ideal antara setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Industri musik tidak akan ada tanpa perkembangan musik dan para musisinya. Musik industri bukanlah suatu jenis musik tertentu. Tetapi sebaliknya, segala jenis musik dapat menjadi bagian dari industri musik. Pertanyaannya: Sudahkah kita menjalani peran kita dengan baik dalam industri ini?
Tulisan gw lainnya tentang Industri Musik bisa bermanfaat juga, ada di: https://andreasarianto.wordpress.com/2010/06/28/bermusik-sebagai-pilihan-hidup/ dan di sini: https://andreasarianto.wordpress.com/2010/02/23/yang-berkuasa-ternyata-tidak-selalu-berbudaya/
semoga saja, industri tak tumbuh menjadi mesin komersil yang tak mengindahkan kreatifitas dan menjunjung tinggi pasar dan pamor belaka. Industri musik semestinya menjadi wadah bagi generasi bangsa untuk menumpahkan ide-ide segar tentang musik dan kehidupan.
buang jauh2 musik-musik yang tak berkualitas dan hanya mengedepankan keuntungan belaka,
maju terus musik indonesia!
salam ronanusantara
terima kasih Ronanusantara. Diperlukan produser-produser baru di masa depan dari generasi yang lebih melek akan kesadaran budaya. Dengan demikian kita bisa turut mewarnai permusikan Indonesia dengan lebih bertanggungjawab akan kualitasnya pula tanpa melupakan bahwa industri ini akan bisa terus berjalan dengan manajemen yang sama berkualitas pula.
nice post….salam kenal….
salam kenal juga Abenk. semoga bermanfaat 🙂
Ping-balik: 2010 in review « Andreas Arianto's Blog