Ibu

Selamat hari Ibu untuk semua keluarga dan teman. Gue yakin persoalan memperingati Hari Ibu bukan hanya memperingati mereka yang bisa melahirkan dan mendidik generasi selanjutnya, tapi juga persoalan tentang bagaimana kita mengusahakan sebuah dunia yang semakin baik bagi kaum perempuan, tak peduli apakah mereka memutuskan untuk memiliki keturunan atau tidak.

Gue tumbuh dididik oleh seorang Ibu yang berpendirian kuat, terutama kalau menyangkut masa depan anak2nya. Beliau selalu ingin yang terbaik bagi anak2nya, dan gak jarang ingin anak2nya menjadi yang terbaik di bidangnya. Memang tak terelakkan percekcokan terjadi antara dua generasi yang berbeda cara pandang akan kehidupan. Yang generasinya sama juga banyak berbenturan pendapat akan cara hidup yang berbeda, apalagi yang beda generasi bukan?

Namun selalu ada satu hal yang akan selalu bisa menjadi perekat dari perbedaan kami. Ibu adalah orang pertama yang mendoakan hal-hal terbaik bagi gue. Keterbatasan penguasaan bahasa verbal dan tingginya gengsi seringkali menghasilkan semacam tembok semu yang menyulitkan kami untuk memahami betapa masing-masing pihak itu peduli dan sayang satu sama lain.

Sekarang sudah lewat 2 tahun sejak berpulangnya Ibu. Dan ketika gue ikut proses syuting iklan ini, susah diungkapkan lewat kata seberapa gue menahan rindu. Memang rindu baru lebih terasa perih di kala kita kehilangan. Namun kini rindu yang sama hanya terasa manis ketika ingatan yang tinggal adalah tentang seberapa bahagianya Ibu untuk seluruh doanya yang telah terjawab bagi anak-anaknya.

Terima kasih kepada seluruh Ibu yang selalu memperjuangkan yang terbaik bagi anak-anaknya, entah disadari oleh sang anak maupun tidak.

(Iklan ini diproduksi oleh Anatman Pictures, disutradarai oleh Mahatma Putra, dengan lagu ditulis oleh S. M. Mochtar, diaransemen oleh Aria Prayogi dan Andreas Arianto)

Kontrak Sosial, Dibahas dari Hubungan Antar Pacar

Ada sesuatu ttg bagaimana kita dilahirkan, dari keluarga yang seberuntung apa, yang mendidik kita menjadi pribadi yang seperti apa, yang membuat kita termasuk dalam golongan masyarakat yang mana.

Juga ada sesuatu ttg bagaimana kita belajar dari lingkungan dan pengalaman kita, yang menentukan apakah kita bisa masuk ke dalam pergaulan golongan masyarakat yang berbeda.

Ada sesuatu di balik berbedanya karakter tiap lapisan masyarakat. Perbedaan kelas ini menurut gue gak akan pernah hilang sampai kapan pun. Walau di abad ke-21 ini kita uda cenderung gak saling membedakan satu sama lain atas hal-hal yg bersifat fisik, tapi berbedanya kemampuan kita berbelanja, kemampuan kita mempelajari hal-hal baru, kemampuan kita menghasilkan uang akan terus membuat kita berada dalam suatu golongan masyarakat tertentu aja. Juga walaupun kesempatan mendapat pendidikan yang semakin tinggi pun juga semakin merata, namun negara2 yang tingkat pendidikannya sangat merata tingginya pun masih tetap memiliki perbedaan kelas di dalam masyarakatnya.

Ada hal yang sangat menarik. Saat ini kekuasaan sudah makin bisa dibagikan dengan lebih merata. Kini wewenang seorang raja pun disesuaikan dengan tanggung jawabnya bagi masyarakat. Seorang mafia tingkat tinggi pun ga bs lagi terlalu semena-mena dan juga harus tunduk pada kekuatan media sosial yang dibangun oleh kekuatan jutaan netizen dan konsumen.

Termasuk posisi wanita sebagai pelaku dan pendukung utama kekuatan ekonomi suatu keluarga bahkan suatu bangsa semakin diperhitungkan di masa ini.

Dengan semakin sejajarnya posisi tawar antara manusia, maka semakin tersingkirlah orang-orang yang kurang bisa menerima kenyataan ini, untuk kemudian entah menjadi minder, angkuh untuk menutupi kekurangannya, atau menyebarkan kebenciannya dalam bentuk cibiran, fitnah, bahkan juga kekerasan dal bentuk apapun.

Persoalan-persoalan dalam hubungan suatu pasangan, ortu dan anak, antar teman, dll pada umumnya didasari oleh kesadaran yang kurang akan hal ini, akan kekuasaan dan akan posisi tawar masing-masing. Itulah sebabnya JJ Rousseau mengajukan suatu konsep Kontrak Sosial, termasuk bahwa pemerintah hanyalah sekuat rakyatnya. Bagi gue sendiri ini berarti kekuatan sebuah negara dilihat dari kekuatan rakyatnya; solidnya sebuah keluarga dapat dilihat dari kualitas komunikasi antar anggotanya; kualitas suatu pasangan dilihat dari kemampuan masing-masing dalam saling memberi dan menerima kepercayaan satu sama lainnya.

Ada sesuatu yang mendorong kita dalam menentukan pilihan bagi hidup kita sendiri, termasuk memilih orang-orang yang ingin kita temui lebih sering di dalam kehidupan kita sehari-hari, yang lebih penting bagi kita. Termasuk dalam pertimbangan tsb adalah seberapa banyak nantinya kita akan mampu memberikan pengaruh kepada mereka. Harus diakui bahwa itu semua tak terelakkan. Namun semakin cepat kita menyadari hal ini semakin baik.

Kenapa?

Karena dengan begitu kita akan semakin mudah menyadari tanggung jawab kita pula untuk mengusahakan yang terbaik bagi orang-orang tersebut. Dan semakin banyak jumlah orang yang ingin melakukan yang terbaik bagi orang lain, semakin dekat pula kita dalam bersama-sama menciptakan surga di atas bumi.

Bukankah itu tujuan utama kita hidup di dunia ini: menyediakan rumah dan bumi yang semakin baik lagi bagi generasi setelah kita?

Kepala gue udah mau pecah dengan semua hal yang berkecamuk di dalamnya selama setahun ini, tapi gue sangat menikmatinya dan ga sabar untuk segera belajar lebih banyak lagi selama tahun 2015 nanti.

Selamat hari Minggu yang terakhir di 2014!