Administratif

Gue memimpikan sebuah dunia di mana persoalan kewarganegaraan hanyalah menjadi soal administratif.

Gue keturunan Cina lahir di Jakarta dengan orang tua yang ngobrol dengan bahasa Jawa dan pergi ke gereja. Sampai saat ini gue ga pernah melihat diri gue sebagai orang Cina, gue melihat diri gue sebagai bagian integral dari keindonesiaan paspor gue. Tapi di sisi lain pun gue ga bisa tutup mata atas nama nasionalisme terhadap kekurangan-kekurangan negara ini. Gue pun juga ga tutup mata terhadap hal-hal negatif yang pernah dilakukan oleh orang-orang atas nama gerejanya.

Ga ada satu kebenaran pun yang absolut tanpa kehadiran sudut pandang lainnya.

Percampuran budaya dan cara hidup yang berbeda-beda akan selalu bisa kita hadapi hampir di semua kota besar di seluruh dunia. Seseorang baru lebih bisa menghargai yang minoritas ketika sudah pernah tau rasanya menjadi minoritas. Untungnya gue gak benar-benar merasa sebagai minoritas di segala macam pergaulan gue. Ketika gue merasa sebagai minoritas, gue akan merasa kecil dan merasa gak terlibat (atau gak perlu terlibat) dengan kegiatan2/kejadian2 yg ada di sekitar gue, termasuk yg membutuhkan kontribusi gue.

Gue gak mau melepaskan diri dari kenyataan bahwa gue hidup di tengah suatu masyarakat yang mungkin banyak berbeda dengan gue. Gue gak mau menganggap bahwa kehadiran gue gak dibutuhkan. Gue juga gak mau menganggap bahwa gue gak punya hak yang sama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, juga gak mau menganggap bahwa gue lebih berhak atas itu semua daripada orang lain.

Globalisasi total akan terjadi, dan sebisa mungkin gue ingin bisa bersahabat dengan orang-orang yang baru, yang mana keunikan budayanya pasti akan memperkaya diri gue juga. Sebisa mungkin gue gak mau menganggap bahwa hanya ada satu saja cara hidup yang pantas dijalani (dan menyangkal cara-cara hidup lainnya yang dianggap gak sejalan), kecuali cara hidup yang bisa terus berkontribusi terhadap lingkungannya.

Tanaman yang gak bisa bergerak aja (kecuali bertumbuh) tetap bisa punya kontribusi terhadap ekosistemnya. Gue yakin planet Bumi diisi oleh orang-orang yang terus berkontribusi meskipun cara hidupnya berbeda dengan gue.

Imlek 2016

 
(http://www.fancyfortunecookies.com/Custom-Fortune-Cookies-s/50.htm)

Emg ya, ga bisa dipungkiri budaya nenek moyang gue adalah budaya yang lumayan menekankan soal materi, makanya nyambung dgn konsep materialisme Karl Marx dan komunisme RRC. 

Tapi di satu sisi materialisme Karl Marx dikulik en dikembangin terus-menerus di Barat, di sisi lain apa orang Cina (juga yg non Cina) juga terus mempertanyakan arti dan makna dari simbol2 di balik titik berat materi di budaya ini? Memang keberadaan manusia itu ada di antara benda-benda, tapi apa iya kita mau terus-menerus terjebak pada penilaian kualitas seseorang hanya dari seberapa banyak materi yang berhasil dia kumpulkan dalam hidupnya?

Agama dan kebudayaan akan selalu penuh dengan simbol dan metafora, namun maknanya selalu butuh untuk terus diperbarui di setiap jaman dengan tantangan yang berbeda. 

Toh, kita hidup hanya sekali di dunia, tanpa satu hal yang bisa kita bawa setelah kita tiada. Kalau kita berharap bahwa anak cucu kitalah yang akan nerusin pencarian dan pengumpulan materi yang kita lakukan, alangkah tersiksanya kita dan mereka.

Bintang, bulan dan matahari sudah ada sebelum manusia muncul. Maka yang paling signifikan yang bisa kita temukan dan wariskan buat generasi selanjutnya pada akhirnya adalah kebahagiaan.

Selamat menikmati hari libur dengan pertanyaan, karena hidup yang patut dipertanyakan adalah hidup yang patut dijalani dan dirayakan😊

8 Februari 2016

25 Desember 2015

  
Gak masalah hari raya/liburan apapun yg bisa bikin keluarga kita makin erat dan bs makin dukung satu sama lain, ga masalah perbedaan cara pandang apapun yg kita punya dgn mereka, uda jadi tanggung jawab kita untuk ngejagain apapun yg kita miliki yg bukan berupa harta benda. Itulah intinya menjadi manusia, setidaknya bagi gue pribadi ya 🙂

Sepanjang usia kita yg terbatas di dunia ini, kita cuma bisa melakukan sekian banyak hal untuk orang2 yg kita sayangi. Setiap orang harus membayar harga untuk apapun, entah dengan waktu, uang, tenaga, pikiran, apapun. Ada harga yg harus dibayar utk ketentraman hati, ada juga harga yg harus dibayar untuk kebebasan. 

Gue gak ingin merayakan sesuatu hanya karena ada tanggal merah di kalender atau karena ada tradisi atau makna yg turun-temurun diwariskan aja. Pasti ada sesuatu yg lebih dari itu. Bisa hidup di dunia aja uda sangat patut untuk dirayakan dan disyukuri, ga peduli seberapa sulit atau mudahnya hidup ini perlu dijalani. 

Namun gue yakin bahwa hidup yang patut direnungin adalah hidup yang pantas dijalani. Semoga kita menikmati liburan ini dan menjadi makin hidup setelahnya. Happy holidays!

Apa yang Kamu Inginkan?

Entah kenapa, pertanyaan sesimpel “apa yang kamu inginkan dalam hidupmu?” ternyata bisa menjadi pertanyaan yang sangat sukar dijawab oleh kebanyakan dari kita. Gue sendiri pun masih berusaha menyeimbangkan antara memberikan jawaban yang jujur atau yang diplomatis untuk memuaskan orang lain yang menanyakannya. 

Namun pada akhirnya bukan orang lain yang akan menjalani hidup kita, melainkan kitalah pemeran utama sekaligus sutradara dalam kisah ini. Masalah apakah kisah ini akan menjadi film box office yang spektakular atau tidak, juga bukan tanggung jawab kita. Tanggung jawab kita adalah demi kepuasan kita sendiri. Apakah kita menjalani hidup yang kita inginkan atau tidak? Jika membantu orang lain adalah hal yang membuat kita bahagia, lakukanlah itu. Namun yang sering kita lupakan adalah bahwa kebahagiaan kita pribadi adalah tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain. Demikian pula dengan kebahagiaan orang lain bukanlah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita. Tapi kedua hal ini bukanlah hal yang saling bertolak belakang. Kita tetap bisa menjadi bahagia tanpa merugikan orang lain. Kita tetap bisa membahagiakan orang lain tanpa merugikan diri sendiri. 

Dan bila jalan menuju sana tidak mudah, bukankah itu berarti kita menjalani hidup yang penuh tantangan? Bukankah kita hanya hidup sekali untuk menjalani kehidupan yang memang sudah sepantasnya seru untuk dijalani?

Selamat menjadi manusia yang hidup 😊

Terus Berjalan

Bila mendung t’lah berlalu,
Rintik hujan membasuh
Gundah yang menyatu
Dengan gelisah yang palsu

Hari baru ‘kan menyapa
Harapan pun ‘kan merekah
Walau dunia ini
Tak seindah mimpi

Reff:
Kau ‘kan bertekad ‘tuk terus mencoba
Terus berjalan hadapi semua
Walau rintangan dan ketakutan
Coba hancurkanmu namun kau terus bertahan

Pada jalan hidupmu
Badai terus menderu
Jangan pernah kau ragu,
Genggam impian, terus berjalan

Reff:
Kau ‘kan bertekad ‘tuk terus mencoba
Terus berjalan hadapi semua
Walau rintangan dan kekuatiran
Coba hancurkanmu namun kau terus bertahan

Berjuanglah selalu
Hingga nafas terakhirmu

Aug 26, 2013
Andreas Arianto

Teruslah Berjalan

Bila mendung t’lah berlalu,
Rintik hujan membasuh
Gundah yang menyatu
Dengan gelisah yang palsu

Hari baru ‘kan menyapa
Harapan pun ‘kan merekah
Walau dunia ini
Tak seindah mimpi

Reff:
Kau ‘kan bertekad ‘tuk terus mencoba
Terus berjalan hadapi semua
Walau rintangan dan ketakutan
Coba hancurkanmu namun kau terus bertahan

Pada jalan hidupmu
Badai terus menderu
Jangan pernah kau ragu,
Genggam impian, terus berjalan

Reff:
Kau ‘kan bertekad ‘tuk terus mencoba
Terus berjalan hadapi semua
Walau rintangan dan kekuatiran
Coba hancurkanmu namun kau terus bertahan

Berjuanglah selalu
Hingga nafas terakhirmu

Aug 26, 2013
Andreas Arianto