Uber dan Masyarakat Kelas Menengah

Di postingan ini gue nyebut diri gue sebagai bagian dari masyarakat kelas menengah ngehe, ini istilah yang sering digunakan oleh pengamat sosial dalam konteks obrolan santai, merujuk ke kelompok masyarakat yang punya daya beli yang lumayan tinggi untuk membuat dirinya merasa perlu mengaktualisasikan dirinya lewat gaya hidup yang sebenernya belum tentu bisa dibiayai lewat penghasilan riilnya.

Ya, gue harus akui bahwa gue termasuk dalam kelompok yang seperti ini, yang mengeluh atas masalah-masalah sosial tanpa membuat diri sendiri menjadi bagian dari solusinya, merasa harus ikut mengenakan pakaian tertentu, mencoba makanan tertentu, menonton festival tertentu supaya gak merasa ketinggalan jaman, dan sebagainya.

Masih banyak yang gue sendiri belum cukup lakukan sebagai kontribusi gue terhadap masyarakat. Namun mengakui hal ini adalah awal dari perubahan. Kalau gue bukan bagian dari solusi, berarti gue adalah bagian dari masalah yang gue hadapi sendiri. Semoga gue bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi 🙏

Kaum menengah di Hindia Belanda pula yang pertama menyadari ketimpangan sosial antara kaum bangsawan Nusantara dan VOC (yang notabene punya simbiosis mutualisme) dengan rakyat jelata. Mereka ini bisa mencicipi pendidikan di bangku sekolah sehingga bisa menyadari bahwa sesungguhnya kita bisa berkuasa dalam menentukan nasib kita sendiri. Mereka inilah yang mengawali Pergerakan Nasional dan menyebarkan semangat ini ke lapisan masyarakat yang kurang seberuntung mereka hingga akhirnya terjadi Revolusi Nasional Indonesia.

Tanpa berpikir terlalu muluk, revolusi yang bisa kita usahakan adalah revolusi diri sendiri menjadi manusia yang lebih baik 🙏

Selamat berakhir pekan! 😇

Bunga Tidur

Selang bbrp bulan sekali (belakangan ini jadi bbrp minggu sekali), gue selalu kedapetan mimpi yang ada di ambang genre mimpi buruk (thriller atau horor) dan mimpi seru (action, drama, atau misteri-macem CSI) yang ujung2nya ada klimaks tertentu yg bikin gue terjaga dgn dada berdegup kenceng. 

Bagi gue, mimpi seperti itu nggak lagi menyeramkan, tapi merupakan petunjuk yg kuat banget. Bukan, bukan petunjuk ttg masa depan macem primbon, tapi petunjuk untuk makin mengenal kecenderungan2 pribadi gue sendiri dalam menghadapi macem2 jenis masalah. Tentang ini sebenernya Sigmund Freud uda banyak jabarin hipotesis dan teori yg lbh komplit sih. 

Sepertinya memang seperti ini mekanisme kerja otak manusia, itu sebabnya ada kecenderungan tipe mimpi yang sama, yang berhubungan dengan situasi apokaliptikal, situasi yg sejenis kehancuran dunia, yg memungkinkan banyaknya kisah dgn latar belakang yg sama, baik di buku2 (termasuk yg dianggap suci) maupun di film dan game. 

Bagi gue semuanya tentang keinginan utk mengabadikan eksistensi diri di tengah dunia yg sangat cepat berubah. Kita semua secara umum takut dgn perubahan dan takut ketinggalan. Kita semua ga ingin terlupakan oleh jaman walau kita tahu bahwa masa berlaku pulsa umur kita nggak unlimited. 

Mimpi adalah tentang harapan akan kehidupan, mimpi juga adalah tentang kekuatiran akan ketidakabadian.