Warga Negara

Soal kewarganegaraan adalah soal administratif, supaya kecatet sensus bahwa kita tinggal/bekerja di suatu area/lokasi tertentu. Tapi antara warga dari suatu tempat yang sama itu sama2 bayar pajak dari segala aktivitas ekonomi yang dilakukan di area itu. Beli makan kena pajak, dapet penghasilan kena pajak, beli barang juga kena pajak.

Kalo sama2 bayar pajak, apa iya perlu dipermasalahkan lagi hal2 lainnya? Kalo sama2 berkontribusi terhadap masyarakat apa iya perlu dipersoalkan lagi apa rasnya, kepercayaannya, jenis kelaminnya, atau orientasi seksualnya?

Tentunya kontribusi bukan hanya soal pajak. Tapi lewat pajak, pemerintah membantu warganya ikut berkontribusi demi tercapainya kesejahteraan sosial yang lebih merata. Kalau semua diharapkan kontribusinya (=pemerataan kewajiban) lewat pajak, berarti seharusnya gak salah juga kalau ada pemerataan hak atas kesempatan yang sama, gak peduli seberapa berbeda kita dari latar-latar belakang itu tadi.

Pada akhirnya kita memang gak cuma berbagi kehidupan di bawah langit yang sama, tapi juga sama-sama berusaha mewujudkan surga kebahagiaan di atas bumi yang sama.

Gak ada yang lebih spesial daripada yang lain. Walau sayangnya masih banyak yang merasa dirinya lebih berhak daripada yang lain.

Gen

Kita semua manusia, sama-sama memiliki hak yang sama untuk mempertahankan kelangsungan hidup, juga punya kewajiban yang sama untuk menghargai hak orang lain. Ketika kita merasa lebih berhak daripada orang lain, sesungguhnya kita semakin mengurangi maknanya menjadi manusia.

Saya hidup di tengah pergaulan masyarakat yang majemuk, dan saya akui cukup beruntung untuk bisa berinteraksi dengan baik dengan banyak sekali teman dari latar belakang berbeda. Bahkan saya tak hanya bersahabat namun juga jatuh cinta tanpa memandang perbedaan yang biasanya menjadi penghalang bagi kebanyakan orang tanpa alasan yang masuk akal.

Banyak dari kita yang membedakan diri kita dari orang lain berdasarkan stereotip jenis kelamin, agama, latar belakang budaya, warna kulit, bahasa dan apapun itu. Kita merasa lebih berhak menerima keistimewaan berdasarkan kategori-kategori yang semu. Kenapa saya sebut semu? Karena tidak ada yang bisa memilih dilahirkan dengan kategori apapun. Walau kita bisa memilih agama di saat dewasa, namun siapa yang bisa memilih dilahirkan di keluarga yang memeluk agama tertentu? Dengan latar belakang budaya tertentu? Dengan warna kulit dan jenis kelamin tertentu?

Sayangnya kebanyakan dari kita butuh merasa lebih baik dan lebih spesial daripada orang lain tapi tanpa mau menyadari bahwa orang lain pun berhak untuk merasa spesial juga. Ketika hanya ada sepotong roti dan ada tiga orang yg merasa berhak memakannya, pasti harus ada negosiasi yang terjadi supaya semua bisa ikut makan, bukan?

Sebuah masyarakat bisa terbentuk akibat interaksi individu-individu di dalamnya lewat suatu kontrak sosial. Setiap orang berhak berjuang mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keluarganya, dan berhak atas imbalan yang pantas dari usahanya tersebut. Persis prinsip fisika Newton, ada aksi ada reaksi. Ada usaha, ada hasil. Sederhananya begitu.

Jadi aneh rasanya kalau kita enggan bekerja dengan giat tapi mau langsung memetik hasil yang nikmat, lalu menggunakan kategori-kategori semu tadi supaya kita bisa merasa lebih berhak hidup enak dari orang lain.

Perkawinan inbred (sedarah) biasanya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan yang cacat karena keragaman genetis yang rendah dari orang tuanya. Ini berlaku bagi makhluk hidup apapun.

Selanjutnya silakan tafsirkan sendiri 🙂

Bercahaya Walau Tanpa Purnama

Kita semua mau merasa lebih baik daripada orang2 lain yang gak termasuk dalam lingkaran pergaulan kita, makanya kita mudah menyalahkan keadaan atau orang lain ketimbang melihat ke diri sendiri apa yang bisa kita perbaiki ketika terjadi sesuatu yang buruk.

Ini pula yang mendorong kita nulis status socmed. Mungkin gue pun juga termasuk di antaranya. Tapi yah kalau memang kenyataan yang terjadi itu di luar kuasa kita, bukankah percuma kalau kita ngomel? Mending cari cara lain yang bisa bikin kita bisa jadi manusia yang lebih berguna buat diri sendiri dan masyarakat 🙏😇

Di sisi lain, mungkin banyak di antara kita yang gak lagi percaya sama politik atau hukum atau apalah karena situasi terbaru. Tapi gue percaya orang2 yang seperti ini pun juga gak akan peduli kalau hal ini terjadi pada orang lain yang bukan jadi idolanya, dan orang2 ini juga ga akan ambil pusing untuk ambil langkah aktif memperbaiki keadaan dengan terjun ke dunia politik dan hukum juga. Sekali lagi, itu juga hak mereka 🙂

Hanya alangkah indahnya ketika kita kesal akan sesuatu, kita pun mencari cara untuk bisa ikut memperbaiki keadaan tersebut, bukan hanya terus menyalahkan sistem, keadaan atau apapun kecuali diri sendiri yang sebenarnya bisa melakukan yang lebih dari sekadar mengungkapkan kesedihan dan kekesalannya. 

Selamat mencari dan selamat menjadi cahaya, bersinarlah walau tak nampak purnama!

Bermimpi tentang Masyarakat Tanpa (Perbedaan) Kelas

Sesungguhnya bukan perbedaan ras, warna kulit, agama ataupun pandangan politik yang memecah masyarakat. Semua itu hanya ilusi yang digunakan sebagai kambing hitam untuk mempertahankan perbedaan kelas sosial. Kenapa? Perbedaan kelas ekonomi dalam masyarakat itu kalau dipertahankan sebagai status quo akan sangat bermanfaat untuk mempertahankan kekuatan ekonomi dan politik pihak-pihak yang lebih kuat, dan mereka akan selalu diuntungkan olehnya.

Dengan dalih alasan yang heroik demi pencitraan yang baik, kelas yang lebih kuat ini akan bisa terus memiliki kekuasaan untuk mengontrol sisa populasi dengan informasi yang mereka bisa batasi untuk nggak tersebar ke kelas yang lebih rendah. Sisanya, tinggal biarkan masyarakat yang gak seberuntung itu untuk saling memakan satu sama lain saja, menganggap satu sama lain sebagai musuh masing2 tanpa menyadari bahwa kita sama2 sedang menjadi bulan2an.

Segala perubahan yang menuju ke arah pemerataan kesejahteraan sebisa mungkin dibendung supaya kekritisan berpikir makin bisa dibatasi untuk melindungi status quo.

Uang tidak pernah mengenal agama maupun pandangan politik. Semua pengusaha besar akan menceburkan kaki di semua kolam, sehingga siapapun pemenang kontes politiknya, diri mereka akan tetap bisa diuntungkan. 

Tinggal tersisa nurani yang akan menentukan seberapa lama si pemimpin ini mau berusaha menjadi pahlawan, apakah dengan masa waktu yang cukup singkat untuk membuat perubahan, atau untuk waktu yang terlalu lama (dengan alasan yang sama: untuk membentuk perubahan) yang akan mengubahnya menjadi penjahat.

Kontrak Sosial, Dibahas dari Hubungan Antar Pacar

Ada sesuatu ttg bagaimana kita dilahirkan, dari keluarga yang seberuntung apa, yang mendidik kita menjadi pribadi yang seperti apa, yang membuat kita termasuk dalam golongan masyarakat yang mana.

Juga ada sesuatu ttg bagaimana kita belajar dari lingkungan dan pengalaman kita, yang menentukan apakah kita bisa masuk ke dalam pergaulan golongan masyarakat yang berbeda.

Ada sesuatu di balik berbedanya karakter tiap lapisan masyarakat. Perbedaan kelas ini menurut gue gak akan pernah hilang sampai kapan pun. Walau di abad ke-21 ini kita uda cenderung gak saling membedakan satu sama lain atas hal-hal yg bersifat fisik, tapi berbedanya kemampuan kita berbelanja, kemampuan kita mempelajari hal-hal baru, kemampuan kita menghasilkan uang akan terus membuat kita berada dalam suatu golongan masyarakat tertentu aja. Juga walaupun kesempatan mendapat pendidikan yang semakin tinggi pun juga semakin merata, namun negara2 yang tingkat pendidikannya sangat merata tingginya pun masih tetap memiliki perbedaan kelas di dalam masyarakatnya.

Ada hal yang sangat menarik. Saat ini kekuasaan sudah makin bisa dibagikan dengan lebih merata. Kini wewenang seorang raja pun disesuaikan dengan tanggung jawabnya bagi masyarakat. Seorang mafia tingkat tinggi pun ga bs lagi terlalu semena-mena dan juga harus tunduk pada kekuatan media sosial yang dibangun oleh kekuatan jutaan netizen dan konsumen.

Termasuk posisi wanita sebagai pelaku dan pendukung utama kekuatan ekonomi suatu keluarga bahkan suatu bangsa semakin diperhitungkan di masa ini.

Dengan semakin sejajarnya posisi tawar antara manusia, maka semakin tersingkirlah orang-orang yang kurang bisa menerima kenyataan ini, untuk kemudian entah menjadi minder, angkuh untuk menutupi kekurangannya, atau menyebarkan kebenciannya dalam bentuk cibiran, fitnah, bahkan juga kekerasan dal bentuk apapun.

Persoalan-persoalan dalam hubungan suatu pasangan, ortu dan anak, antar teman, dll pada umumnya didasari oleh kesadaran yang kurang akan hal ini, akan kekuasaan dan akan posisi tawar masing-masing. Itulah sebabnya JJ Rousseau mengajukan suatu konsep Kontrak Sosial, termasuk bahwa pemerintah hanyalah sekuat rakyatnya. Bagi gue sendiri ini berarti kekuatan sebuah negara dilihat dari kekuatan rakyatnya; solidnya sebuah keluarga dapat dilihat dari kualitas komunikasi antar anggotanya; kualitas suatu pasangan dilihat dari kemampuan masing-masing dalam saling memberi dan menerima kepercayaan satu sama lainnya.

Ada sesuatu yang mendorong kita dalam menentukan pilihan bagi hidup kita sendiri, termasuk memilih orang-orang yang ingin kita temui lebih sering di dalam kehidupan kita sehari-hari, yang lebih penting bagi kita. Termasuk dalam pertimbangan tsb adalah seberapa banyak nantinya kita akan mampu memberikan pengaruh kepada mereka. Harus diakui bahwa itu semua tak terelakkan. Namun semakin cepat kita menyadari hal ini semakin baik.

Kenapa?

Karena dengan begitu kita akan semakin mudah menyadari tanggung jawab kita pula untuk mengusahakan yang terbaik bagi orang-orang tersebut. Dan semakin banyak jumlah orang yang ingin melakukan yang terbaik bagi orang lain, semakin dekat pula kita dalam bersama-sama menciptakan surga di atas bumi.

Bukankah itu tujuan utama kita hidup di dunia ini: menyediakan rumah dan bumi yang semakin baik lagi bagi generasi setelah kita?

Kepala gue udah mau pecah dengan semua hal yang berkecamuk di dalamnya selama setahun ini, tapi gue sangat menikmatinya dan ga sabar untuk segera belajar lebih banyak lagi selama tahun 2015 nanti.

Selamat hari Minggu yang terakhir di 2014!