Gen
27 Agustus 2017 Tinggalkan komentar
Kita semua manusia, sama-sama memiliki hak yang sama untuk mempertahankan kelangsungan hidup, juga punya kewajiban yang sama untuk menghargai hak orang lain. Ketika kita merasa lebih berhak daripada orang lain, sesungguhnya kita semakin mengurangi maknanya menjadi manusia.
Saya hidup di tengah pergaulan masyarakat yang majemuk, dan saya akui cukup beruntung untuk bisa berinteraksi dengan baik dengan banyak sekali teman dari latar belakang berbeda. Bahkan saya tak hanya bersahabat namun juga jatuh cinta tanpa memandang perbedaan yang biasanya menjadi penghalang bagi kebanyakan orang tanpa alasan yang masuk akal.
Banyak dari kita yang membedakan diri kita dari orang lain berdasarkan stereotip jenis kelamin, agama, latar belakang budaya, warna kulit, bahasa dan apapun itu. Kita merasa lebih berhak menerima keistimewaan berdasarkan kategori-kategori yang semu. Kenapa saya sebut semu? Karena tidak ada yang bisa memilih dilahirkan dengan kategori apapun. Walau kita bisa memilih agama di saat dewasa, namun siapa yang bisa memilih dilahirkan di keluarga yang memeluk agama tertentu? Dengan latar belakang budaya tertentu? Dengan warna kulit dan jenis kelamin tertentu?
Sayangnya kebanyakan dari kita butuh merasa lebih baik dan lebih spesial daripada orang lain tapi tanpa mau menyadari bahwa orang lain pun berhak untuk merasa spesial juga. Ketika hanya ada sepotong roti dan ada tiga orang yg merasa berhak memakannya, pasti harus ada negosiasi yang terjadi supaya semua bisa ikut makan, bukan?
Sebuah masyarakat bisa terbentuk akibat interaksi individu-individu di dalamnya lewat suatu kontrak sosial. Setiap orang berhak berjuang mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keluarganya, dan berhak atas imbalan yang pantas dari usahanya tersebut. Persis prinsip fisika Newton, ada aksi ada reaksi. Ada usaha, ada hasil. Sederhananya begitu.
Jadi aneh rasanya kalau kita enggan bekerja dengan giat tapi mau langsung memetik hasil yang nikmat, lalu menggunakan kategori-kategori semu tadi supaya kita bisa merasa lebih berhak hidup enak dari orang lain.
Perkawinan inbred (sedarah) biasanya memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menghasilkan keturunan yang cacat karena keragaman genetis yang rendah dari orang tuanya. Ini berlaku bagi makhluk hidup apapun.
Selanjutnya silakan tafsirkan sendiri 🙂