Eroica

Selalu ada hal yang seru setiap nonton pertunjukan suatu orkestra remaja atau orkestra komunitas. Ada kepuasan yang terpancar dari permainan musik para musisi ketika mereka bisa mengeksekusi suatu karya yang dilatih lewat proses berbulan-bulan. Dan proses ini yang menjadi hal yang amat mewah bagi para musisi profesional karena detil komposisi dan orkestrasi yang begitu banyak bisa banyak digarap dan dirasakan bersama-sama evolusinya. Proses ini menjadi mahal karena memang biasanya orkestra profesional hanya sempat melalui 4-5 kali latihan menjelang setiap konser. Kebayang kan seberapa bengkaknya biaya latihan kalau untuk persiapkan sebuah konser harus sewa tempat latihan, ongkos transportasi dan konsumsi untuk belasan apalagi puluhan kali latihan? 😀

Di kepala gue, Orkestra Komunitas Concordia ini menjadi penerus orkestra remaja Twilite Youth Orchestra, di mana gue mengenyam pelatihan berorkestra selama 2004-2008. Twilite Youth Orchestra sangat berjasa bagi perkembangan gue pribadi, terutama dalam mengenali makin dalam idiom-idiom dan karakter beragam instrumen musik orkestra, dan membentuk gue menjadi arranger, orkestrator dan komponis seperti sekarang ini.

Budi Utomo Prabowo pun tak hanya meneruskan, tapi juga memajukan kualitas pelatihan ini semakin tinggi lewat Orkestra Komunitas Concordia, di mana ia tak hanya menyediakan wadah bagi para musisi muda ini, tapi juga sebagai laboratorium bagi para konduktor muda asuhan beliau.

Malam ini pertunjukan mereka menjadi spesial bagi gue tidak hanya karena kemunculan beberapa teman alumni TYO yang kini menjadi musisi senior pendukung Concordia, tapi juga turut tampil Ken Lila Ashanti sebagai solis dalam nomor Violin Concerto in a minor, Op. 82 karya Alexander Glazunov. Sejak nada pertama karya ini dibunyikan, gue bisa merasakan dalamnya interpretasi solis yang pada saat bersamaan berpadu dengan anyaman orkestra menjadi suatu ensembel yang menyatu. Permainan kontras dinamika dan tekstur antar bagian berlangsung sangat wajar walaupun jahitan orkestrasinya sangat kaya akan detil tersebar di seluruh seksi gesek, tiup dan perkusi.

Dua tahun lalu gue menyaksikan briliannya permainan Lila pada suatu resital di Erasmus Huis. Namun malam ini ada keleluasaan dan kepercayaan Lila yang sangat tinggi terhadap pengiringnya, sehingga tak hanya kejernihan frase musikal dengan segenap artikulasi yang dihasilkan lewat kontrol intonasi yang sangat baik, tapi juga ada perih, haru, rindu, gundah dan kelegaan yang bisa terasa lewat permainannya.

Ada dua karya Beethoven yang juga ditampilkan yaitu Overture "Die Geschöpfe des Prometheus", Op. 43 dan Simfoni No. 3 in Eb Major, "Eroica", Op. 55, belum termasuk encore "Waltz of the Flower" karya Tchaikovsky dari suita baletnya, "The Nutcracker", juga ada encore solo biola Lila dengan salah satu Partita karya Bach. Semuanya menunjukkan pada gue bahwa kebahagiaan itu memiliki segudang cara untuk bisa disebarkan kepada banyak orang, terutama kebahagiaan lewat menikmati musik, baik bagi pemainnya maupun penontonnya.

Terima kasih untuk proses bertahun-tahun yang kalian jalani, tak pernah ada satu momen pun yang sia-sia, terutama lewat konser malam ini! Momen ini biarlah menjadi salah satu episod heroisme bagi pencapaian dan dedikasi musikal kalian bagi teman-teman musisi muda, seiring tema konser kalian malam ini, "Eroica".

Iklan

Tentang andreasarianto
I'm a musician with a point of view, that artists should play their part to help improve the society he or she is involved in. This is just one of the ways to realize my vision in life. --- Andreas Arianto Yanuar belajar Komposisi Musik di Universitas Pelita Harapan Conservatory of Music, lulus pada 2007 dan kemudian mengajar Ensembel Big Band, Orkestrasi dan Sejarah Musik di konservatori tersebut setelahnya. Pada 2009 ia menjadi penata musik dan konduktor Andreas Arianto Orchestra dalam tur konser bersama SLANK ke 6 kota. Ia juga bermain kibor, akordeon dan klarinet dalam grupnya, Andre Harihandoyo and Sonic People, yang telah menghasilkan 2 album sejak 2009. Pada 2011 ia menulis aransemen orkestra untuk lagu-lagu rakyat untuk album “The Sounds of Indonesia”, dengan Addie MS sebagai konduktor The City of Prague Philharmonic Orchestra dalam rekamannya. Sempat pula melatih orkestra komunitas GKI Gading Indah selama 2007-2011, termasuk menghasilkan 3 konser dan 1 album rekaman. Di jangka waktu yang sama, Andreas aktif pula dalam program pengenalan musik untuk siswa-siswa di Manado, Aceh dan Bali bersama Al Izhar Community Choir and Orchestra dalam rangka turut mempromosikan keselarasan dalam pluralitas Indonesia. Semenjak itu pula ia bercita-cita untuk terus melibatkan masyarakat dalam kehidupan musik dan melibatkan musik dalam kehidupan bermasyarakat melalui kegiatannya sehari-hari. Sejak 2011 ia banyak terlibat dalam penulisan musik untuk berbagai album rekaman, film animasi, konser musik, juga termasuk di antaranya terlibat sebagai arranger dan konduktor musik ilustrasi The Raid 2 yang dirilis Maret 2014 yang lalu.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: