Eroica
7 Agustus 2017 Tinggalkan komentar
Selalu ada hal yang seru setiap nonton pertunjukan suatu orkestra remaja atau orkestra komunitas. Ada kepuasan yang terpancar dari permainan musik para musisi ketika mereka bisa mengeksekusi suatu karya yang dilatih lewat proses berbulan-bulan. Dan proses ini yang menjadi hal yang amat mewah bagi para musisi profesional karena detil komposisi dan orkestrasi yang begitu banyak bisa banyak digarap dan dirasakan bersama-sama evolusinya. Proses ini menjadi mahal karena memang biasanya orkestra profesional hanya sempat melalui 4-5 kali latihan menjelang setiap konser. Kebayang kan seberapa bengkaknya biaya latihan kalau untuk persiapkan sebuah konser harus sewa tempat latihan, ongkos transportasi dan konsumsi untuk belasan apalagi puluhan kali latihan? 😀
Di kepala gue, Orkestra Komunitas Concordia ini menjadi penerus orkestra remaja Twilite Youth Orchestra, di mana gue mengenyam pelatihan berorkestra selama 2004-2008. Twilite Youth Orchestra sangat berjasa bagi perkembangan gue pribadi, terutama dalam mengenali makin dalam idiom-idiom dan karakter beragam instrumen musik orkestra, dan membentuk gue menjadi arranger, orkestrator dan komponis seperti sekarang ini.
Budi Utomo Prabowo pun tak hanya meneruskan, tapi juga memajukan kualitas pelatihan ini semakin tinggi lewat Orkestra Komunitas Concordia, di mana ia tak hanya menyediakan wadah bagi para musisi muda ini, tapi juga sebagai laboratorium bagi para konduktor muda asuhan beliau.
Malam ini pertunjukan mereka menjadi spesial bagi gue tidak hanya karena kemunculan beberapa teman alumni TYO yang kini menjadi musisi senior pendukung Concordia, tapi juga turut tampil Ken Lila Ashanti sebagai solis dalam nomor Violin Concerto in a minor, Op. 82 karya Alexander Glazunov. Sejak nada pertama karya ini dibunyikan, gue bisa merasakan dalamnya interpretasi solis yang pada saat bersamaan berpadu dengan anyaman orkestra menjadi suatu ensembel yang menyatu. Permainan kontras dinamika dan tekstur antar bagian berlangsung sangat wajar walaupun jahitan orkestrasinya sangat kaya akan detil tersebar di seluruh seksi gesek, tiup dan perkusi.
Dua tahun lalu gue menyaksikan briliannya permainan Lila pada suatu resital di Erasmus Huis. Namun malam ini ada keleluasaan dan kepercayaan Lila yang sangat tinggi terhadap pengiringnya, sehingga tak hanya kejernihan frase musikal dengan segenap artikulasi yang dihasilkan lewat kontrol intonasi yang sangat baik, tapi juga ada perih, haru, rindu, gundah dan kelegaan yang bisa terasa lewat permainannya.
Ada dua karya Beethoven yang juga ditampilkan yaitu Overture "Die Geschöpfe des Prometheus", Op. 43 dan Simfoni No. 3 in Eb Major, "Eroica", Op. 55, belum termasuk encore "Waltz of the Flower" karya Tchaikovsky dari suita baletnya, "The Nutcracker", juga ada encore solo biola Lila dengan salah satu Partita karya Bach. Semuanya menunjukkan pada gue bahwa kebahagiaan itu memiliki segudang cara untuk bisa disebarkan kepada banyak orang, terutama kebahagiaan lewat menikmati musik, baik bagi pemainnya maupun penontonnya.
Terima kasih untuk proses bertahun-tahun yang kalian jalani, tak pernah ada satu momen pun yang sia-sia, terutama lewat konser malam ini! Momen ini biarlah menjadi salah satu episod heroisme bagi pencapaian dan dedikasi musikal kalian bagi teman-teman musisi muda, seiring tema konser kalian malam ini, "Eroica".